Header Ads

A vs AN

12:38:00
A vs An   “A” dan “an” digunakan untuk menunjukkan bahwa noun (kata benda) yang dimaksud jumlahnya satu. Kedua bentuk ini letaknya sebelu...Read More

Alat, bahan, Teknik dan Konsep Pembuatan keramik

Selamat malam sahabat Termodinamika Kehidupan..

Membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik. Hal ini berkaitan dengan sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan ketrampilan tertentu dalam pengolahan maupun penanganannya. Membuat keramik berbeda dengan membuat kerajinan kayu, logam, maupun yang lainnya. Proses membuat keramik adalah rangkaian proses yang panjang yang didalamnya terdapat tahapan-tahapan kritis. Kritis, karena tahapan ini paling beresiko terhadap kegagalan. Tahapan proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses awal yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.

A. Bahan dan Alat Pembuatan Keramik
1. Bahan
Secara garis besar bahan baku yang dipergunakan untuk membuat keramik Terdiri atas 3 macam (triaxial), yaitu Tanah liat (clay), Pasir, Feldspar.
  • Tanah liat (Clay ) Kandungan utama dari tanah liat antara lain Kaolinite (Al2O3.2SiO2.2H2O), Montmorillinote, Illite, Halloysite, Perbedaan kandungan tanah liat memberikan sifat yang berbeda-beda. Sifat tanah liat yang penting untuk pembuatan keramik antaralain Plastisitas (kemampuan untuk dibentuk tanpa mudah retak), Fusibilitas (kemampuan untuk dilebur), Bahan baku pasir (kwarsa), Fungsi (sebagai bahan non plastik).
  • baju wanita
  • Pasir Berfungsi sebagai bahan pengisi, namun jika penambahan terlalu banyak silikat dalam pasir menyebabkan keretakan pada waktu pembakaran.
  • Feldspar Bahan baku feldspar berfungsi sebagai bahan pengikat dalam pembuatan keramik, dan Menurunkan temperatur pembakaran. Ada beberapa jenis bahan feldspar yang diantaranya K-feldspar, Na-feldspar, Ca-feldspar. Bahan lainnya yaitu :
  • Kaolin Nama kaolin berasal dari bahasa cina, kauling yang berarti pegunungan tinggi, yaitu gunung yang terletak dekat Jakhau Cina yang tanah lempungnya sudah dimanfaatkan dalam pembuatan keramik sejak beberapa abad lalu. Kaolin adalah tanah liat putih yang mempunyai mutu penyusutan yang baik selama pengeringan dan pembakaran. Clay jenis ini merupakan clay yang paling penting dalam pembuatan keramik dan paling putih di antara clay lainnya, karena kandungan besinya yang paling rendah. Sifat-sifat kaolin : Tidak terlalu plastis, Kekuatan keringnya rendah, Titik leburnya 1700oC-1785oC, Dalam keadaan kering berwarna putih, Memberi warna putih pada masse badan keramik, dan Setelah dibakar berwarna putih.
  • Kuarsa Kuarsa adalah mineral yang berasal dari batuan beku asam metamorf dan sedimen, dalam bentuk dengan komposisi sebagian besar berupa silika dan terdapat pada sebagian batu pasir kuarsa. Fungsi kuarsa di dalam pembuatan keramik pengarah benang adalah : Tidak mengurangi keplastisan dan penyusutan pada bodi keramik, Mengurangi susut kering dan susut bakar dari tanah liat, Memudahkan air untuk menguap sewaktu proses pengeringan dan proses pembakaran, Memberi sifat kuat pada barang-barang yang dibuat dan dapat mencegah perubahan bentuk pada waktu dibakar, dan Dapat mengurangi daya memuai dari benda yang sudah jadi
2. Alat
Macam-macam alat untuk membentuk keramik, yaitu;
  • Kayu bulat/penggiling berguna untuk membuat lempengan.
  • Meja putar berguna untuk membuat keramik bentuk lingkaran atau silinder.
  • Tali pemotong berguna untuk memotong tanah liat atau mengambil keramik yang masih basah dari meja putar.
  • Cetakan biasanya terbuat dari gips. bentuknya persis seperti model yang akan kita buat.
  • Butsir berguna untuk membantu pembentukan tanah liat.
  • Pisau pahat berguna untuk membuat dekorasi pada keramik.
  • Sudip berguna untuk membuat hiasan saat tembikar masih basah.
  • Tungku pembakaran berguna untuk membakar keramik yang sudah kering atau keramik berglasir.
Alat-alat Pembuatan Keramik
B. Teknik dalam Pembuatan Kerajinan Keramik 
1. Teknik Pijit Tekan 
Teknik pijit tekan (pinch) adalah teknik pembentukan badan keramik secara manual. Caranya tanah liat dipijit tekan dari bentuk bola menjadi bentuk yang diinginkan dengan menggunakan jari-jari tangan. Cara membuat keramik dengan teknik pijit tekan antara lain sebagai berikut.
  • Pijit tanah dengan ibu jari 
  • Tekan tanah kemudian diputar 
  • Bentuk leher dengan ibu jari 
  • Membuat tutup dengan cara yang sama 
  • Mengukur tutup dengan badan
Teknik Pembuatan
2. Teknik Pilin 
Teknik pilin (coil) adalah teknik pembentukan badan keramik secara manual caranya tanah liat digulung hingga terbentuk pilinan tanah. Cara membuat keramik dengan teknik pilin antara lain sebagai berikut.
  • Buat pilinan di atas meja 
  • Buat lempengan lingkaran sebagai alas 
  • Lilitkan pilinan di atas lempengan Rapikan menggunakan butsir 
  • Selesaikan bentuk dengan pilinan 
3. Teknik Lempengan 
Teknik lempengan (slab) adalah teknik pembentukan badan keramik secara manual dengan membentuk lempengan menggunakan rol. Lempengan digunakan untuk membuat karya keramik yang berbentuk persegi atau silinder. Cara membuat keramik dengan teknik lempengan bentuk persegi antara lain sebagai berikut.
  • Gulung lempengan dengan cetakan silinder. 
  • Potong kelebihan tanah menggunakan butsir. 
  • Ratakan tanah dan beri alas lingkaran. 
  • Satukan 3 sisi lempengan dengan lem tanah. 
  • Tambahkan sisi lainnya dan satukan dengan cara yang sama. 
  • Menggunakan butsir rapikan bentuk persegi dengan hati-hati
4. Teknik Cetak 
Teknik pembentukan dengan acuan alat cetak dapat digunakan untuk memproduksi produk kerajinan keramik dalam jumlah yang banyak, dan waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Teknik cetak meliputi: cetak padat dengan teknik press (tekan) dan cetak basah atau cair dengan teknik cor.
  • Tekan tanah ke dalam cetakan gips. 
  • Angkat tanah hasil cetakan menggunakan tanah. 
  • Rapikan bentuk menggunakan tusuk gigi. Tuang tanah cair ke dalam cetakan. 
  • Diamkan beberapa menit, lalu tuang sisa tanah cair dari cetakan. 
  • Balik cetakan untuk membersihkan sisa tanah cair.
  • Buang sisa tanah yang tidak perlu. 
  • Copot cetakan dari tanah. Rapikan benda hasil cetakan dengan butsir.
C. Tahapan Pembuatan Keramik
1. Pengolahan Bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 –100 mesh.

2. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).

3. Pengeringan
Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti; (2)  Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3) air yang terserap pada permukaan partikel hilang.

4. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang terlibat. Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss).

5. Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.

Sumber :
http://ngangsukawruhya.blogspot.co.id/2015/02/teknik-pembuatan-keramik.html?m=1

Penggunaan kata should dan ought to

Should and Ought to
Kata kerja bantu modal atau Modal Auxiliary Verbseperti kata should dan ought to mungkin seriing sekali kamu dengar. Kedua kata modal tersebut masing – masing menyatakan keharusan 'seharusnya' yang merupakan harapan dari pembicara atau Expectation of the speaker. Perbedaan nya sedikit, hanya saja jika dalam percakapan sehari – hari kata should lebih sering di gunakan.
Berikut ini adalah bentuk contoh kalimat positif (positive), negatif (negative) dan tanya atau introgatif (interrogative) dalam bahasa inggris tentang Modal Auxiliary Verb “Should Dan Ought To”
Masa sekarang (Present)
Rumus atau bentuk kalimat nya adalah :
BENTUK : Subject + Should / Ought to + verb 1
Contoh dalam kalimat :
Kalimat positif (Positive sentence)
1. She should spend more time on his English (Dia seharusnya menghabiskan waktu lebih untuk bahasa inggrisnya)
2. You should ask permission before doing it (Kamu seharusnya meminta izin sebelum mengerjakannya)
3. Your young sister should go to the doctor at once (Adik perempuan mu harus pergi ke dokter saat ini )
4. We ought to write a letter to him (Kita seharusnya menulis surat untuknya)
5. The students ought to pay attention to what the teacher says (Murid – murid seharusnya memperhatikan apa yang dikatakan oleh guru)
Kalimat negatif (Negative sentence)
6. We should not make so much noise (Kita tidak seharusnya membuat keributan)
7. Rudi should not smoke so much (Rudi seharusnya tidak merokok)
8. Susi ought not to work so hard (Susi seharusnya tidak bekerja terlalu keras)
9. You ought not to spend so much money on clothes (Kamu seharusnya tidak menghabiskan  banyak uang untuk pakaian)
Kalimat tanya atau introgatif (interrogative sentence)
11. Should we write the exercise in inx ?
– Yes, we should
– No, we should not
12. Should we speak to them in english?
– Yes, we should
– No, we should not
13. Should he go to the beach with us?
– Yes, he should
– No, he shouldn’t
14. Should they pay more attention to the grammar rules ?
– Yes, they should
– No, they should not
Masa lalu (Past)
Rumus atau bentuk kalimat nya adalah :
BENTUK: Subject + Should / Ought to + have + verb 3

Contoh dalam kalimat :
1. He should have studied more before his examination (Dia Seharusnya sudah banyak belajar sebelum ujian)
2. They should have prepared her lesson carefully (Mereka seharusnya sudah menyiapkan pelajarannya dengan hati- hati)
3. My old brother ought to have sent the letter by airmail (Kakak lelaki saya seharusnya telah mengirim surat lewat pos)
Terjemahkan kalimat berikut ini:
1. Kami seharusnya sudah menelpon Andri tadi malam
2. Dia searusnya tidak menghabiskan banyak waktu untuk ini
Demikian pembahasan pada postingan  kali ini mengenai “ Tiga Bentuk dan Contoh Kalimat Menggunakan Modal Auxiliary Verb Should Dan Ought To. Semoga bermanfaat 
Learning English, Learning Practice.
Artikel from english pro, kelas toefl online
meizu

Makalah Pembuatan Gula Tebu




PROSES PEMBUATAN GULA TEBU
A.      Proses Panen
                Untuk memperoleh gula tebu dengan kualitas yang baik, proses panen tebu perlu diperhatikan. Penebangan secara manual (dengan tangan) hasilnya lebih baik dibandingkan dengan menggunakan mesin tebu. Penebangan meliputi seluruh bagian tebu, termasuk bagian pucuk dan daun (Notojoewono 1964). Bagian pucuk dan daun tebu dibuang karena hanya mengandung sedikit sukrosa tetapi banyak mengandung pati dan gula reduksi. Tebu yang telah dipanen harus segera diproses karena dapat rusak akibat pengaruh proses enzimatis, reaksi kimia, maupun mikroba.
B.      Pembuatan Gula Tebu
Proses pembuatan gula dari tebu terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap penggilingan tebu (pemerahan nira), pemurnian, penguapan, kristalisaasi, pemutaran, dan penyelesaian.
Penggilingan Tebu
Tebu hasil panen, sebelum masuk ke penggilingan dibersihkan dengan air yang bertekanan tinggi.  Proses penggilingan tebu melibatkan 2 tahap, yaitu pemotongan (breaking) dan pencacahan/penggilingan (grinding) tebu.
Ø       Pemotongan (breaking)
        Proses ini bertujuan untuk membuka sel-sel tebu, sehingga tahap penggilingan selanjutnya akan lebih mudah. Pada proses ini biasanya digunakan knives, shredders, crusher atau kombinasi ketiga alat tersebut.
Ø       Penggilingan (Grinding)
        Proses ini bertujuan untuk menghancurkan bagian dalam tebu dan mengekstraknya dengan penambahan air imbibisi. Proses ini secra umum menggunakan 5-6 rol gilingan dalam 1 unit gilingan. Ekstraksi tebu dilakukan dengan memerah cacahan tebu menggunakan tekanan akan menghasilkan ampas tebu yang masih banyak mengandung gula, sehingga untuk menekan kadar gula dalam ampas tebu seminimal mungkin perlu ditambahkan air imbibisi yang berguna untuk mengekstrak gula yang masih tertinggal dalam ampas. Ekstrak tebu (nira) dan bagasse akan dihasilkan dari proses ini (Neulicht R & Shular J 1997).


Klarifikasi
                Nira yang diperoleh masuk ke clarifier. Pada proses klarifikasi biasanya ada penambahan lime dan sejumlah fosfat yang dapat larut. Penambahan lime untuk netralisasi asam-asam organik pada saat temperatur nira mencapai 95oC (200oF), sedangkan fosfat berfungsi sebagai floculating agent.
Pada proses ini akan diperoleh partikel-partikel yang tidak larut yang disebut mud atau blotong. Mud ini kemudian ditambah air dan dilanjutkan dengan proses filtrasi sehingga akan diperoleh air pencucian mud dan ampas. Nira dari clarifier bergabung menuju evaporator (Neulicht R & Shular J 1997).
Penguapan
Proses penguapan bertujuan untuk memekatkan nira dengan cara menguapkan kandungan airnya sebanyak mungkin. Penguapan air diusahakan mendekati keadaan jenuh sehingga mengurangi beban penguapan pada tahap kristalisasi. Proses penguapan ini terdiri dari 2 tahap (Neulicht R & Shular J 1997), yaitu:
1. Pemekatan nira dalam evaporator.
2. Pengupan dalam vacuum pans untuk kristalisasi.
Proses penguapan nira tidak dilakukan pada suhu tinggi untuk mencegah kerusakan gula.Gula yang dipanaskan pada suhu tinggi akan membentuk karamel yang berwarna cokelat tua, sehingga mempengaruhi warna kristal gula yang dihasilkan.Upaya yang dilakukan dalam mengurangi terjadinya karamel selama proses penguapan adalah dengan menjalankan proses penguapan pada tekanan yang rendah (vacuum). Nira kental yang dihasilkan dari proses penguapan kemudian diberi gas SO2 untuk memucatkan warna, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kristal gula yang lebih putih.Nira kental dengan kandungan berupa 65% padatan dan 35% air dihasilkan dari proses penguapan tahap pertama.
Kristalisasi
Kristalisasi bertujuan untuk mengubah semua gula yang terdapat dalam nira kental menjadi bentuk kristal yang mempunyai ukuran dan kemurnian yang diinginkan. Kristalisasi dilakukan dengan menguapkan nira dalam sebuah pan masak yang memiliki tekanan vakum untuk mencegah kerusakan gula. Jarak antara molekul-molekul sukrosa akan semakin dekat dengan menguapkan air pelarutnya.
Apabila jarak molekul-molekul sukrosa cukup dekat, maka akan saling mempengaruhi dan saling tarik-menarik. Bila di sekitarnya terdapat kristal sukrosa, maka akan ada keseimbangan antara molekul sukrosa yang melarut dan molekul sukrosa yang menempel/mengkristal. Keadaan ini dapat disebut sebagai larutan jenuh. Derajat kejenuhan dapat dinyatakan dengan perbandingan antara kandungan sukrosa di dalam larutan jenuh pada suhu yang sama. Harga perbandingan ini dikenal sebagai koefisien kejenuhan (KK) atau OVC (Over Verzading Coefficient)


Berdasarkan koefisien kejenuhan, daerah kejenuhan dapat dibagi menjadi lima, yaitu:
a.        Larutan Encer
Larutan yang mempunyai kejenuhan di bawah satu. Pada daerah ini larutan masih dapat melarutkan kristal.
b.        Larutan Jenuh
Larutan yang mempunyai koefisien kejenuhan sama dengan satu. Larutan ini sudah tidak dapat melarutkan kristal sukrosa lagi, tetapi terjadi kesetimbangan antara jumlah sukrosa yang melarut dan yang mengkristal.
c.        Daerah Menstabil
Larutan yang mempunyai koefisien kejenuhan lebih besar dari satu. Molekul sukrosa yang terdapat di daerah ini hanya dapat menempelkan diri pada kristal yang telah ada. Daerah ini disebut juga dengan daerah pembesaran kristal.
d.        Daerah Intermediet
Larutan yang mempunyai koefisien kejenuhan lebih besar dari satu. Molekul sukrosa pada daerah ini telah mampu membentuk inti kristal. Apabila terdapat kristal sukrosa dalam larutan, timbul kristal palsu.
e.        Daerah Labil
Larutan yang mempunyai koefisien kejenuhan lebih besar dari satu. Molekul pada daerah ini telah mampu membentuk inti kristal dengan serentak tanpa hadirnya kristal yang lain (Ginting B F 2002).

Pemurnian Raw Sugar
Tahap pemurnian merupakan tahap yang menentukan kualitas gula yang akan dihasilkan dalam suatu proses pembuatan gula. Pemurnian bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran (bukan gula) yang terbawa dalam nira. Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap pemurnian adalah menjaga agar gula tidak rusak yang dapat diakibatkan oleh suasana asam dan temperatur yang tinggi, semakin banyak gula yang dihilangkan akan semakin tinggi kemurnian, dan semakin putih kristal gula yang didapatkan.
Tahap pertama dari proses pemurnian yaitu penggilingan Raw Sugar dan penambahan sirup, kemudian sirup dan kristal gula yang telah halus dicampur. Campuran tersebut kemudian disentrifugasi dengan adanya penambahan air. Proses tersebut disebut afinasi dan akan dihasilkan kristal gula dan sirup afinasi. Kristal gula hasil sentrifugasi kemudian masuk ke premelter sebagai awal dari proses pelelehan sebelum masuk ke melter. Sirup afinasi hasil sentrifugasi dipanaskan dan akan dihasilkan kristal gula dan sirup hitam (molase). Kristal gula masuk ke melter mengalami pelelehan dan bergabung dengan kristal gula hasil afinasi, kemudian mengalami tahap pemurnian (refined)
Sukrosa tahan terhadap suasana basa, tetapi tidak terhadap asam. Sebaliknya, gula reduksi dalam suasana basa akan terurai menjadi asam organik dan senyawa yang berwarna gelap sehingga kualitas dan kuantitas gula akan menurun. Ada tiga cara pemurnian, yaitu defekasi, sulfitasi, dan karbonatasi.
a.       Pemurnian Cara Defekasi
Pemurnian dengan cara defekasi merupakan cara yang paling sederhana, karena hanya menggunakan kapur sebagai bahan pembantu. Gula yang dihasilkan dengan cara ini adalah gula kristal yang masih berwarna merah. Ada tiga cara pemurian secara defekasi:
i. Defekasi Dingin
                Proses dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan susu kapur pada nira mentah, pada temperatur rendah atau suhu kamar. Penambahan kapur tersebut bertujuan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat di dalam nira, dan membentuk garam-garam (gumpalan) yang mengendap. Penambahan kapur dilakukan hingga pH larutan menjadi 7.2-8.3, nira dipanaskan sampai pada titik didihnya (+105 °C), dengan tujuan:
Ø  Garam-garam kapur dalam nira dapat terbentuk dengan cepat dan menghasilkan gumpalan yang besar sehingga mudah diendapkan.
Ø  Mengendapkan kotoran yang hanya mengendap pada temperatur yang tinggi, seperti protein.
Ø  Mematikan mikroorganisme.
Nira yang telah mengalami pemanasan sampai pada titik didihnya, lalu dimasukkan ke dalam bejana pengambangan (expander) untuk mengeluarkan udara-udara yang terdapat dalam nira. Gas-gas dan udara yang terdapat dalam nira harus dikeluarkan karena dapat mengganggu dalam proses pengendapan. Selanjutnya nira dimasukkan ke dalam alat pengendap untuk memisahkan endapan yang terjadi dengan nira yang jernih.
ii. Defekasi Panas
Proses pemurnian dengan cara ini dilakukan dengan menambahkan air kapur pada nira yang telah dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 70-90 °C. Pemanasan ini bertujuan untuk mendapatkan proses pemurnian yang berlangsung dengan baik dan cepat. Setelah penambahan air kapur, nira dimasukkan ke dalam alat pengendap.
iii. Defekasi Sacharat
Proses pemurnian dengan cara ini dilakukan dengan membagi nira mentah menjadi dua bagian. Bagian pertama ditambah air kapur hingga pH nya menjadi 10-11, dalam kondisi ini kapur bereaksi dengan sukrosa membentuk kalsium sakharat. Nira kedua dipanaskan sampai suhu 70 °C. Kedua nira tersebut dicampurkan hingga menghasilkan endapan yang lebih besar, sehingga mudah untuk diendapkan dan dihasilkan larutan nira yang lebih jernih.
b.       Pemurnian Cara Sulfitasi
Pemurnian cara sulfitasi hasilnya lebih baik dibandingkan dengan cara defekasi, karena telah dapat dihasilkan gula yang berwarna putih. Cara pemurnian ini menggunakan kapur dan SO2 sebagai bahan pembantu pemurnian. Pemberian kapur pada cara ini dilakukan secara berlebih, kemudian kelebihan kapur ini akan dinetralkan oleh gas SO2, sehingga terbentuk ikatan garam kapur yang dapat mengendap. Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah:
SO2 + H2O                                                    H2SO3
Ca(OH)2 + H2SO4                        CaSO3    + 2H2O
Ca(OH)2 + SO2                             CaSO3    +  H2O
Endapan CaSO3 yang terbentuk dapat mengabsorbsi partikel-partikel koloid yang berada di sekitarnya, sehingga kotoran yang terbawa oleh endapan semakin banyak. Gas SO2 juga mempunyai sifat dapat memucatkan warna, sehingga diharapkan dapat dihasilkan kristal dengan warna yang lebih terang, khususnya pada nira kental penguapan. Ada tiga cara sulfitasi, yaitu:
Sulfitasi dingin
Proses pemurnian dengan cara ini dilakukan dengan menambahkan kapur dan gas SO2 ke dalam nira mentah pada temperatur ruangan sampai titik didihnya (+105 °C). Selanjutnya nira dimasukkan ke dalam alat pengendap untuk memisahkan endapan yang terbentuk.
 Sulfitasi Panas
Proses dengan cara ini dilakukan dengan memanaskan nira hingga temperatur 70 °C. kemudian nira diberi susu kapur dan gas SO2 hingga pH-nya menjadi 7-7.4 dan terbentuk endapan. Proses ini dilanjutkan dengan pemanasan sampai titik didihnya 100 °C dan dilakukan pengendapan untuk memisahkan endapan dengan nira yang jernih.
Sulfitasi Sacharat
Proses ini dilakukan dengan membagi nira mentah menjadi dua bagian. Bagian pertama dipanaskan sampai suhu + 80 °C. Bagian kedua ditambahkan susu kapur hingga pH 10.5. Kedua bagian nira tersebut kemudian dicampur sambil dialirkan gas SO2 sampai pH + 7. Proses ini dilanjutkan dengan pemanasan hingga titik didihnya dan dilakukan pengendapan. Pemurnian dengan cara ini mempunyai keuntungan dibandingkan dengan cara defekasi, yaitu kotoran mengendap lebih mudah dan lebih cepat serta lebih banyak. Proses kristalisasi lebih baik dan warna gula yang dihasilkan lebih putih. Sedangkan kekurangannya adalah defisit nira dalam pemanas lebih banyak, serta biaya investasi dan perawatan lebih besar.
c.       Pemurnian Cara Karbonatasi
Proses ini dilakukan dengan menggunakan susu kapur dan gas CO2 sebagai bahan pembantu. Susu kapur yang ditambahkan pada cara ini lebih banyak dibandingkan cara sulfitasi, sehingga menghasilkan endapan yang lebih banyak. Kelebihan susu kapur yang terdapat pada nira dinetralkan dengan menggunakan gas CO2. Reaksi yang terjadi adalah:
Ca(OH)2 + CO2                         CaCO3 + H2O
Kotoran dalam nira akan terabsorbsi dalam endapan CaCO3 dan kemudian akan diendapkan. Pemurnian cara karbonatasi akan menghasilkan gula relatif lebih putih dibandingkan dengan cara sulfitasi.
Cara karbonatasi yang dilakukan di Indonesia adalah karbonatasi rangkap, yaitu pemberian gas CO2 dilanjutkan dalam dua tingkat. Nira yang telah ditimbang dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 55 °C. Pemanasan tidak boleh melebihi dari suhu tersebut, karena akan menguraikan gula reduksi menjadi bahan yang berwarna gelap (terbentuk karamel) sehingga kualitas gula menjadi turun. Kemudian nira dimasukkan ke dalam peti karbonatasi I, ditambahkan susu kapur dan gas CO2 sampai pH + 10.5, kemudian nira ditapis di pressan I untuk memisahkan kotoran dengan filtratnya atau nira tapis I. Selanjutnya nira tapis I dimasukkan ke dalam peti karbonatasi kedua untuk diberi gas CO2 dan dipanaskan sampai suhu 70 °C, kemudian ditapis di pressan II untuk memisahkan blotong, dan nira jernih dikeluarkan dari alat penapis. Selanjutnya diberi gas SO2 di peti sulfitasi sampai pH 7.0-7.2. Blotong di pressan I dibuang, blotong dalam pressan II dicampurkan dengan nira karbonatasi I.

Dekolorisasi
                Setelah melewati clarifier, kemudian difiltrasi untuk menghilangkan padatan tersuspensi. Dekolorisasi bertujuan untuk menghilangkan pengotor dengan cara adsorpsi. Jenis adsorben yang digunakan yaitu karbon aktif, resin dan tepung tulang, namun resin jarang sekali digunakan. Karbon aktif dan tepung tulang digunakan dalam sistem fixed bed atau moving bed. Dengan fixed bed cairan gula mengalami beberapa sirkulasi sampai diperoleh warna cairan yang mendekati warna yang akan ditentukan. Moving bed sistem beroperasi secara kontinyu, jadi cairan gula akan melewati adsorben.
                Adsorben yang digunakan pada proses dekolorisasi akan mengalami regenerasi. Cairan gula yang telah didekolorisasi akan masuk ke heaters sebelum masuk ke evaporator. Proses penguapan yang terjadi sama dengan pembuatan gula sebelumnya. Cairan yang telah dipekatkan akan masuk ke vacuum pans dengan adanya penambahan seed solution kemudian dicampur dan dipisahkan dengan sentrifugasi. Dari proses tersebut akan dihasilkan sirup yang akan masuk ke vacuum pans. Gula putih dicuci dengan air sekali menggunakan sentrifugasi dan cairan pencuci kembali lagi ke vacuum pans. Gula putih yang terbentuk masuk ke granulator yang terdiri dari drum pengering dan drum pendingin. Dalam drum pengering digunakan temperatur 11 oC (230oF), setelah dari granulator masuk ke drum pendingin. Setelah semua proses selesai akan diperoleh raw sugar yang telah dimurnikan biasanya dikemas dan disimpan dlam gudang penyimpanan. Gula yang berwarna coklat diperoleh dari sirup dengan kemurnian yang rendah, proses pembuatannya sama dengan pembuatan gula putih.

A vs AN

A vs An

 
“A” dan “an” digunakan untuk menunjukkan bahwa noun (kata benda) yang dimaksud jumlahnya satu. Kedua bentuk ini letaknya sebelum noun.
Berikut di bawah ini adalah contoh penggunaan “a” dan “an”:
 
1. “She has a pencil.”
[Dia mempunyai sebuah pensil]
 
2. “I live in an apartment.”
[Aku tinggal di sebuah apartemen]
 
3. “My father has a small house.”
[Papa saya mempunyai sebuah rumah kecil]
 
4. “Liam Gallagher bought a newspaper.”
[Liam Gallagher membeli sebuah Koran]
 
Kita menggunakan “a” untuk noun yang berawalan huruf konsonan, sedangkan “an” digunakan untuk noun yang berawalan huruf vokal. Pada kalimat 2, ditunjukkan bahwa noun-nya berawalan huruf vokal. Untuk memberi keterangan bahwa jumlah noun tersebut hanya satu, maka sebelum kata “apartment” perlu diletakkan “an”. Berbeda dengan contoh kalimat 1, 3, dan 4, yang noun-nya berawalan huruf konsonan. Untuk memberi penjelasan bahwa jumlah bendanya hanya satu, maka sebelum kata “pencil”, “small house”, dan “newspaper” perlu diletakkan “a”.
 
Tapi, penggunaan “a” dan “an” mempunyai pengecualian nih untuk beberapa noun yang berawalan U, H, dan benerapa huruf lain seperti S. Berikut di bawah ini adalah beberapa poin-poin yang perlu kamu perhatikan:

* “A” digunakan kalo noun yang berawalan U dibacanya “yu”. Misalnya adalah “university”. Cara baca kata “university” adalah yu-ni-ver-si-ti. Meskipun “university” diawali huruf vokal, kita mesti menggunakan “a” bukan “an” di depannya karena cara bacanya “yu”. Contoh lain noun seperti itu misalnya “unit” dan “usual event”.

* “An” digunakan kalo H tidak dibaca pada noun yang berawalan H. Misalnya adalah “hour”. Cara baca kata “hour” adalah a-wer. Jadi, meskipun “hour” bukan diawali oleh huruf vokal,  tapi kita tetap menggunakan “an”. Contoh kata benda lain seperti ini misalnya “honor”, “honest person”, dll.
* "An" juga digunakan untuk menjelaskan satu SMS, yaitu an SMS, karena SMS sendiri dibaca 'es-em-es", jadi walaupun diawali huruf konsonan, namun pelafalan seperti diawali huruf vocal, maka daripada itu harus menggunakan "an"

Ada yang punya contoh kata lain yang diawali huruf konsonan namun tetap menggunakan 'an'?
Semoga bermanfaat!

Learning English, Learning Practice.

Definisi Participial Phrases

Secara definitif, Participial Phrases adalah sekelompok kata yang terdiri atas: present participle atau past participle dan object/complement. Bila participial phrases disebut sebagai "phrases", itu berarti, participial phrases bukanlah kalimat. Memahami definisi diatas, kita dapat menemukan 2 unsur pokok pembangun Participial Phrases, yakni:


1. Present Participle + Object/Complement

2. Past Participle + Object/Complement


Contoh:

Opening the door (Present participle)

Driven by a monkey (Past participle)


Pada contoh diatas, dapat dilihat dimana kata /opening/ adalah present participle dengan /the door/ sebagai objectnya. Kata /driven/ sebagai past participle dengan a /monkey/ sebagai objectnya.

Dikarenakan statusnya sebagai phrase (prase) berarti participial phrases tidaklah dapat berdiri sendiri, jadi harus membutuhkan unsur lain yang dalam hal ini berbentuk main clause.


Contoh:


Opening the door, the girl suddenly screamed.


(i) Opening the door = participial phrases.

(ii) the girl suddenly screamed = main clause.


Perhatikan bahwa kedua unsur diatas (i) dan (ii) dipisahkan oleh tanda koma (,).


🔴Fungsi Participial Phrases

Participial phrases berfungsi/berkedudukan sebagai kata sifat (adjective) yang menerangkan secara langsung kata bendanya.


Contoh:

The water flows slowly clogged by a lot of garbage.

(Air itu mengalir secara perlahan karenatersumbat banyaknya sampah).


Keterangan:

Participial phrase dengan /clogged/ berbentuk past participle.

/clogged by a lot of garbage/ menerangkan /the water/.


Contoh lain:

Jumping down from the bridge, the boy got drowned.

(Setelah/karena melompat dari jembatan, anak itu tenggelam).


Keterangan:

Prase /jumping down from the bridge/ menerangkan kata benda /the boy/.


🔴Perbedaan antara Gerund dan Participial Phrases

Sebenarnya, gerund dan participial phrases tidak dapat dibedakan oleh karena gerund adalah bentuk akhiran -ing yang dibahas dalam satu kesatuan kalimat, sedangkan participial phraseslebih bersifat khusus mengarah pada bentuk prase yang menggunakan -ing form (bentuk -ing).

Akan tetapi, kita fokus pada bagaimana cara membedakan bentuk -ing pada gerund dan -ing pada participial phrases, seperti berikut ini:


1) Gerund berkedudukan sebagai kata benda (Noun)

2) Participial phrases berkedudukan sebagai kata sifat (Adjective)


(i) Turning off the television, Bella goes to sleep.

(Setelah mematikan TV, Bella langsung tidur).


(ii) Turning off the television makes her sleep soundly.

(Dengan mematikan TV membuatnya tidur nyenyak)


Pada contoh (i) prase /turning off the television/ adalah participial phrases dengan ditandai (dipisahkan oleh) tanda "koma" yang memisahkannya dengan main clausenya /Bella goes to sleep/. Artinya, participial phrasesterpisah dengan main clause-nya. Sedangkan pada gerund, prase /turning off television adalah bentuk gerund sebagai subject yang sekaligus menjadi subject dari kata kerja /makes/.


🔴Pengujian Korelasi Participial Phrases dan Gerund

Bila prase /turning off television/ dihapus dari struktur diatas (baik (i) maupun (ii)) maka, pada kalimat yang mengandung participial phrasesdidalamnya tidak akan mengubah makna atau menimbulkan kebingungan yang berarti dikarenakan main clause /Bella goes to sleep/ terpisah dari phrasenya /turning off television/. Berbeda halnya dengan struktur gerund, /turning off television/ merupakan bagian yang tak terpisahkan dari /makes her sleep soundly. Jadi, bila /turning off television/ dihilangkan, maka /makes her sleep soundly/ akan membingungkan dan menjadi tidak jelas maknanya karena tidak diketahui penyebab tidurnya menjadi nyenyak.


Kesimpulan:

- Participial phrases adalah prase dan terpisah dari main clausenya.

- Gerund sebagai subject merupakan bentuk subject yang menjadi bagian utama bangunan kalimat.


🔴Bentuk-bentuk dan Posisi Participial Phrase dalam Kalimat Bahasa Inggris

Ada beberapa bentuk participial phrases dalam Bahasa Inggris, yakni dengan menggunakan tanda baca (punctuation) berupa "koma" dan tanpa tanda baca. Tanda baca "koma" tersebut bisa diawal main clausenya maupun diakhirnya.


🔸Participial Phrases dengan tanda koma:

Contoh:

Interviewed by a manager, the man was promoted by his director.

The man was promoted by his director, Interviewed by a manager.


🔸Participial Phrases tanpa tanda koma:

Contoh:

The man interviewed by a manager was promoted by his director.


🔴Rumus Participial Phrases

Secara lengkap, bentuk participial phrases dirumuskan, sbb:


Participial Phrases + , + Main Clause

Main Clause + Participial Phrases

Main Clause + , + Participial Phrases


Semoga bermanfaat 😊


Learning English, Learning Practice.